Monday, May 10, 2010

WargaDusun Padas Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Grobogan Kembali Menambang Sumur Minyak Tua


GROBOGAN - Penambangan kembali di sumur minyak tua blok Bapo Gabus dilakukan masyarakat Dusun Padas Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus beberapa waktu terakhir. Hal itu dilakukan menyusul KUD Widorokandang sebagai pengeksplorasi sebelumnya menghentikan penambangan karena faktor pendanaan.
Menurut Tombol (39), koordinator penambang, ada dua titik sumur minyak tua yang bisa ditambang secara tradisional. ‘’Sebenarnya ada beberapa titik sumber minyak tua yang masih bisa ditambang. Karena kekurangan peralatan dan modal, kami hanya mampu menambang di dua titik saja,’’ kata Tombol yang bernama asli Winarto ini, kemarin.

Dikatakan, beberapa sumur minyak tua yang terletak di tengah hutan KPH Randublatung itu, beberapa tahun lalu sempat ditambang sebuah perusahaan dari Jakarta yang bekerja sama dengan KUD Widorokandang Kecamatan Gabus. Karena sesuatu hal, penambangan dihentikan.

‘’Menurut informasi, pihak Pertamina Doh Jabati (Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Timur) Cepu sebenarnya bersedia menerima minyak mentah hasil penambangan itu dengan syarat minimal harus 20 drum per minggu. Karena biaya operasional cukup tinggi, maka penambangan terpaksa dihentikan KUD,’’ terang Tombol, yang juga aktivis arpol ini.

Karena sudah ditinggalkan, akhirnya Tombol mengkoordinir warga setempat untuk melakukan penambangan dengan alat tradisional. Pihaknya juga belum sanggup menyetor minyak ke PT Pertamina karena dengan alat tersebut belum bisa memaksimalkan produksi.
Menunggu Pembeli Ketika Pertamina belum bisa ditembus untuk produksi kecil, maka hingga saat ini dia hanya menunggu pembeli datang ke rumah mengingat belum jelasnya kemana dia akan menjual minyak mentah tersebut. 

‘’Mengenai perizinan sudah tidak ada masalah. Dulu pernah dirapatkan di ruang Wabup antara Pertamina, Perum Perhutani, KUD Widorokandang, serta pejabat daerah yang bersangkutan. Saya juga hadir dalam rapat itu. Hasilnya di sumur minyak tua itu boleh ditambang asal tidak mencemari lingkungan,’’ ucapnya.
Latung Diakuinya, ada 11 warga yang sampai saat ini masih tekun menambang. Sumur minyak tua tersebut ditambang dengan cara manual, yaitu dengan menggunakan alat timba besi berbentuk seperti pipa air besi yang berukuran besar kemudian diangkat dengan mesin truk tua.

Air bercampur minyak yang diangkat dari dalam sumur tersebut kemudian ditampung di bak besar berukuran 3 x 6 meter. Setelah itu bladuk (cairan kental pada lapisan atas berwarna merah kecoklatan) diambil dengan alat serok, kemudian dicampur dan diaduk dengan tanah liat.

‘’Tanah itu berfungsi untuk menyerap air pada bladuk tersebut. Setelah air terserap tanah otomatis minyak mentah (latung) memisah. Latung tersebut kemudian kami tampung dalam drum dan siap dijual,’’ ujar Tombol.

Mengenai harga latung itu sendiri Tombol tidak bisa menyebutkan harga pasti. Ketika tiba saat membayar upah tenaga yang tidak lain tetangganya sendiri, terkadang satu drum latung hanya dijual seharga Rp 325 ribu. Namun pernah juga dia dibayar Rp 350 ribu oleh seorang pembeli untuk jumlah yang sama. (K11-16)sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/10/108873/Warga-Kembali-Menambang-Sumur-Minyak-Tua-

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Post a Comment

online counter
top